Skip to main content

LETTER > Letters from a friend's

Sebuah surat yang menarik untuk bahan renungan dan pencerahan.. -cF-

Materi yang saya coba bahas kali ini adalah Omnipotensi. Kata omnipotensi [omnipotent] sendiri kalau kita lihat di kamus artinya adalah mahakuasa atau penuh kekuasaan. Dan memang begitulah adanya ... Omnipotensi berada pada urutan teratas dari 10 lapisan pencerahan umat manusia, yaitu kekuasaan penuh dan tunggal yang hanya dimiliki oleh Tuhan. Akan tetapi pada saat yang sama unsurNYA itu sendiri sebenarnya juga sudah built-up didalam diri kita masing-masing, dan dengan unsur itu pula kita bisa melakukan close contact dengan The Almighty untuk kemudian terlibat dengan “melihat, merasakan, merenungi, meresapi, menerima, melaksanakan, serta mewujudkan” blue print yang memang selalu menjadi hak prerogatifNYA.

Lalu, gimana caranya untuk bisa get into HIM?

Menjalani kehidupan beragama dengan baik dan benar merupakan salah satu entry point yang bisa dengan – cukup - mudah dilakukan untuk bisa “menemui” NYA. Akan tetapi hidayah/petunjuk Tuhan tidak hanya muncul dari agama. Hidayah juga bisa muncul dari bentuk ilmu lainnya seperti kedokteran, arsitektur, psikologi, Biology, desain, komunikasi, dan jutaan bentuk entry point lainnya. Dan satu yang perlu disadari benar oleh kita semua bahwa entry point tersebut TIDAK untuk DIPERDEBATKAN karena setiap orang sudah punya fase/paketnya sendiri-sendiri.

Trus kok lapisan pencerahan manusia cuma ada 10 tingkat?
Iya ... kelihatannya kelewat sederhana ya? Tapi ini baru indexnya aja. Baru daftar isi dan belum menyentuh isinya sama sekali. Sementara isinya sendiri memiliki uraian yang tanpa batas. Gambarannya kurang lebih begini: ketika pohon-pohon dijadikan kertas dan pena, serta seluruh samudra diubah menjadi tinta, lalu pohon-pohon serta samudra itu di “refill“ lagi, tetap tidak akan pernah cukup untuk bisa mencatat semuanya!

Dari 10 tingkatan itu saja pada kesimpulan akhirnya sudah menciptakan 169 dimensi yang berbeda. Sementara kita selama ini paling jauh baru mengenal 3 dimensi, dan beberapa yang mengerti 4 dimensi [isunya dulu David Copperfield udah tembus 4 dimensi ini bo’!]. Lalu gimana dengan sisa dimensi lainnya? Waah … yang itu sudah bukan teritori manusia lagi! Lagipula hal yang terpenting memang bukan untuk tahu dan mengerti seperti apa sih bentuk kehidupan di dimensi yang lain tersebut. Akan tetapi yang terpenting dari semuanya adalah : dengan maha luasnya alam semesta yang tak berujung dan tidak akan pernah tertampung semuanya dalam pikiran manusia ini, sudahkah kita mengakui ke-Esa-an THE ALMIGHTY yang tanpa batas untuk kemudian menerima hukum-hukumNYA melalui berbagai kitab serta ilmuNYA lalu mengimplementasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari dengan melakukan berbagai kegiatan positif yang tidak hanya bermanfaat bagi kita pribadi tapi juga untuk orang lain?

May the Force be with You
-DS-

Comments

Popular posts from this blog

QUOTES > Redirecting your attention

(Quotations from Jalaluddin Rumi) Prayer does not mean that you should be standing, bowing, and prostrating yourself all day long; the object is that the state that manifests itself during prayer should remain with you constantly, whether asleep or awake, whether writing or reading. In no state should you be void of the remembrance of God... Petition Him every moment for your needs and be not without remembrance of Him, for the remembrance of Him is strength; it is a wing to the bird of the spirit. If that goal is fully attained, it will be light upon light (Koran 24:35). If you are mindful of God, little by little your interior will be illuminated and you will attain release from the world. (Signs of the Unseen: The Discourses of Jalaluddin Rumi, pp. 182-183) Anything that can be vocalized and has a beginning and an end is a "form", a "shell"; its "soul", however, is unqualifiable and infinite, without beginning and without end... We know that th...

STORY > Garfield Dari Ohio

Garfield Dari Ohio Dalam sebuah gubuk di perbatasan Ohio hidup seorang janda melarat bersama anak laki-lakinya yang berusia 18 bulan. Anak itu tumbuh subur dan beberapa tahun kemudian, ia sudah harus menebangi kayu dan menanami sejengkal tanah dalam hutan yang dimiliki ibunya. Walau demikian, ia selalu menyediakan waktu untuk belajar. Setiap jam ia gunakan untuk belajar dari buku-buku yang dipinjamnya karena tidak mampu membelinya. Ketika berusia enam belas tahun, dengan senang hati ia bekerja sebagai seorang pengembala keledai di sepanjang kanal. Tak lama kemudian ia menerima pekerjaan baru sebagai seorang tukang sapu dan membunyikan lonceng di sekolah untuk membiayai sekolahnya. Tahun pertama di Geanga Seminarie, ia cuma memperoleh 17 dolar. Lalu ia bekerja pada seorang tukang kayu dengan bayaran 1 dolar seminggu. Malam hari, bila sedang libur, ia bekerja lembur. Ia datang pada hari Sabtu untuk menerima bayaran 1 dolar dan 2 sen. Musim dingin selanjutnya ia me...

RELEASING > Suatu Malam, di Sebuah Pesta

Suatu Malam, di Sebuah Pesta By. Miranda Risang Ayu ~Thanks for this story,and always keep my spirit alive while the 5years countdown ticking, cF~ Suatu malam, di sebuah pesta, seorang perempuan muda dikagetkan oleh pertemuannya dengan seorang sahabat yang telah lama tidak dijumpainya. "Saya agak kesulitan untuk memulai perbincangan," kata sahabat lama perempuan muda itu berterus terang. "Tetapi, bagaimana hidup? Apakah kau bahagia?" Apakah ia bahagia? Malam itu adalah pesta, dan setiap orang bukan saja berhak, tetapi wajib bahagia. Lagi pula, ia bertemu dengan sahabat lamanya, dan disapa oleh sebuah pertanyaan impresif yang menggairahkan kesadarannya. Jadi, bukankah ia tinggal menjawab dengan serangkaian cerita yang membuktikan bahwa ia memang tengah bahagia? Perempuan muda itu pun mulai menjawab bahwa ia banyak tertawa malam itu. Mungkin karena pesta itu sendiri memang dirancang dengan ide yang amat menarik dan dengan tujuan untuk menyenangkan se...